AN.TV - Ingin melakukan wisata yang sedikit menantang? Ingin mengenal hewan hewan dengan sifat alaminya? Anda bisa datang ke hutan suaka Marga Satwa Barumun, Di Padang Lawas Utara, Sumatera Utara bisa menjadi jawabannya.
Saat ini kehidupan gajah liar di Sumatera sudah mulai punah. Namun lain halnya di hutan suaka marga satwa Barumun, Desa Batu Nanggar, Kecamatan Batang Onang, Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Di tempat ini Badan Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA memelihara gajah liar.
Gajah ini direlokasikan dari Kabupaten Labuhan Batu empat tahun lalu akibat habitatnya terganggu. saat ini masih ada delapan ekor gajah yang bisa anda temui jika datang kesana. Menemui gajah di habitatnya.
Agar gajah-gajah bisa hidup liar sesuai dengan habitatnya, maka hutan tempat gajah-gajah itu tinggal harus yang natural dan alami agar gajah-gajah ini bisa hidup tanpa harus bergantung kepada manusia.
Disini kita bisa belajar mengenal tentang kehidupan gajah liar jika berada di alam. Selama ini hanya berwisata melihat gajah di dalam kandang di kebun binatang. Di hutan suaka marga satwa Barumun, wisatawan yang mendatangi wilayah habitat yang memang seperti habitat aslinya, disini gajah gajah dibiarkan liar agar tidak terlalu nyaman dengan manusia
Wisatawan bisa menyentuh gajah liar, memberi makan gajah-gajah, hanya sekedar foto-foto dan selfie bersama gajah, sampai bermain di dengan gajah liar di habitat aslinya di hutan setiap sore. Setiap sore Gajah-gajah liar ini akan diajak bermain oleh pawang gajah yang akan menemani dan mendampingi saat anda melakukan interaksi dengan gajah.
Setiap berinteraksi dengan gajah, harus ditemani oleh pawang gajah, karena gajah ini dibiarkan liar dan hanya mengenal pawang gajah. untuk berjaga jaga dan menghindari sang gajah takut, wisatawan takut juga lah alasan kenapa pawang gajah harus ada menemani.
Tertarik melihat gajah liar pada habitat aslinya? Tertarik untuk mengunjungi hutan liat yang menjadi suaka? Hutan marga satwa Barumun, Sumatera Utara bisa menjadi salah satu alternative liburan anda.
Kontributor: Unggul Fahmi Hasibuan
